PADANG LUA - Aktivitas perdagangan di pasar tradisional Padang Lua menyisakan permasalahan yang perlu diberi perhatian khusus. Sampah. Setiap harinya, pasar Padang Lua menghasilkan kurang lebih 15 ton sampah.
Demi mencegah penumpukan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Agam menyiasati dengan mengirim sampah pasar ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional yang terletak di Kel. Padang Karambia, Payakumbuh Selatan. Solusi ini bagaimanapun membutuhkan biaya angkut yang tidak sedikit.
Belum lagi, alur pembuangan sampah dapat sewaktu-waktu terganggu jika TPA berhenti beroperasi. Bulan lalu misalnya, TPA Regional Payakumbuh ditutup sementara untuk perbaikan, berujung pada terhambatnya pengiriman sampah dari Padang Lua selama 3 hari.
Menanggapi hal ini, Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah mengutarakan akan melakukan pelatihan daur ulang sampah bagi warga Agam, khususnya warga Padang Lua.
"Jadi kita rencanakan melalui (Dinas) PMD (Pemberdayaan Masyarakat Desa) dan DLH (Dinas Lingkungan Hidup), melatih pemuda/i di sini supaya sampah-sampah organik ini bisa diolah, " ungkap Mahyeldi dihadapan Bupati Agam Andri Warman dan warga Padang Lua pada acara Safari Ramadan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar di Masjid Jami' Nagari Padang Lua, Kec. Banuhampu, Kab. Agam, Rabu (20/4).
Mengolah alih-alih membuang, ungkap Mahyeldi, adalah solusi berkelanjutan yang tidak hanya ramah lingkungan, namun juga memberi nilai tambah bagi warga.
"Nanti dia bisa diolah jadi tiga: jadi pupuk organik, jadi pakan ternak, dan jadi media budidaya maggot. Jadi tidak terbuang percuma, " kata Buya, sapaan akrab Mahyeldi.
Selain pelatihan, Buya juga menyebutkan Pemprov akan memberi bantuan berupa alat pencacah sampah agar upaya pengelolaan sampah tak berhenti hanya sampai pelatihan namun berlanjut hingga penerapan.
"Ini nanti dengan PMD dan Lingkungan Hidup akan kita latih dan bantu alatnya. Kita bantu dengan pencacahnya, sehingga nanti bisa diwujudkan ketiga produk tadi, " sebutnya.
Lebih lanjut, guna meyakinkan warga, Buya membagi kisah sukses budidaya maggot di Kampar, Riau, yang digagas mantan Bupati Kampar Jefry Noer.
Disebutkannya, maggot yang dibudidayakan dalam ruangan sebesar kurang lebih 10x10 meter menggunakan media hasil olahan sampah organik di Kampar telah memberikan hingga Rp2, 4 juta perhari.
"Itu baru satu lapis dalam ruangan seluas sepuluh kali sepuluh. Masih bisa dibut jadi empat sampai lima lapis. Bayangkan kalau lima lapis, berarti lebih dari sepuluh juta sehari. Itu gadang pulo dari gaji Gubernur lai tu, " papar Buya.
Paparan Gubernur tentang pengelolaan sampah pasar Padang Lua bermula dari laporan Walinagari Padang Lua Edison. Pada kesemptan tersebut Edison melaporkan dua kendala utama yang kini tengah dihadapi, yakni pengelolaan sampah, transportasi dan arus lalu lintas di sekitar Nagari Padang Lua.
(**)