Padang, – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat (Sumbar) Gusrizal Gazahar menyesalkan kehadiran Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah pada ritual Kendi Nusantara di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Saya tidak setuju dengan ritual tersebut. Sikap pemimpin seperti itu, bisa ditiru oleh masyarakat awam, ” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan, Senin (13/3/2022).
Menurut Gusrizal, seorang pemimpin harus mengedepankan rasionalitas. Tindakan Gubernur Mahyeldi dengan hadir di ritual itu, kata dia, tidak sesuai dengan falsafah ‘Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah’ dan ‘Syara’ Mangato Adat Mamakai’.
“Tak pantas ikut-ikutan membawa bagian-bagian tertentu dari tanah dan air Sumatra Barat. Itu bukan sikap beragama yang sesuai menurut ‘Syarak Mangato Adat Mamakai’, ” lanjut Gusrizal.
Gusrizal juga menyebut ritual penyatuan tanah dan air dalam kendi merupakan praktik yang tak bersesuaian dengan keyakinan atau akidah tauhid.
“Alasan ‘sebatas simbolik’ juga tak bisa diterima karena alasan rasionalnya juga tidak ada. Jelas sekali bahwa ritual seperti itu memiliki landasan keyakinan yang bukan dari Islam, ” imbuhnya.
Ia mengingatkan Gubernur Mahyeldi tidak memandang remeh persoalan tersebut.
“Tidak bisa ritual seperti itu dilokalisir dalam ranah budaya semata karena dalam Islam, seluruh tindakan dan perbuatan akan diminta pertanggungjawabannya kelak, ” terang dia.
Diketahui, Mahyeldi sendiri telah mengikuti ritual kendi nusantara, di titik nol IKN Nusantara bersama Presiden Jokowi dan semua gubernur se-Indonesia. Adapun sampel tanah yang dibawa Mahyeldi berasal dari Pasaman Barat (Pasbar) dan sampel air dari kaki Gunung Talang, Kabupaten Solok. (**)